Anis Yahya
Anis Yahya
  • May 14, 2021
  • 2571

Anjing Ingin Pulang M Enthieh Mudakir Menakar Kejujuran Fakta

Anjing Ingin Pulang M Enthieh Mudakir Menakar Kejujuran Fakta
HM Enthieh Mudakir penulis buku Puisi Anjing Ingin Pulang

TEGAL - Satu kata dalam karya puisi mewakili multi perspeksi. Bak sel sperma mengejar ovum. Tergantung penciptanya. Kebebasan mendefinisikan dikembalikan pada pembacanya. Namun demikian, puisi dibangun dengan pertimbangan efektifitas pemilihan kata, alur kalimat dan estetika konstruksi narasi sebagai daya pikat tersendiri sebagai bagian dari marketing minat baca.

Anjing Ingin Pulang sebagai sebuah karya puisi mencoba menyajikan mainframe itu. Cover sederhana namun cukup estetis dan fokus. Tanpa pernak-pernak yang tidak menimbulkan pembiasan pada performance awal.

"Anjing Ingin Pulang itu diksi saya itu karena merasakan proses menungsane aku (manusianya saya) kayong ora mandeg-mandeg (seperti engga pernah berhenti), " Ujar Enthieh Mudakir pada Jurnalis Indonesia Satu, Jumat (14/5/2021) saat ditanyakan pertimbangan menempatkan judul buku puisinya.

Dirinya tidak pernah mau terlibat dalam kepengurusan dewan kesenian di kotanya karena baginya berkesenian tidak harus berada dalam organisasi.

"Berkesenian tidak perlu berbaju organisasi apapun, " Katanya. Bahkan pria beranak 2 dan 4 cucu ini bercita-cita kelak bila ajal menjemput, kematiannya agar ditimbun dengan kertas puisi-puisinya.

Baginya menulis puisi selain pilihan akhir hidupnya, juga harus sesuai kata hati.

"Bagai tegak lurus dengan langit, tidak bisa ditawar. Haqul yakin bahwa apa yang saya tulis adalah campur tangan Tuhan dan harus sejalan dengan laku, " Ungkap Enthieh Mudakir.

Buku puisi yang merupakan kumpulan puisi karya HM. Enthieh Mudakir dari tahun 2010 hingga 2019 ini merupakan akumulatif sublimasi mainset pergolakan hidup sang penulis.

Konsistenasi Enthieh Mudakir tak pupus ditelan alih generasi. Pergulatannya menganak-pinakan karya puisi terus berlanjut hingga sekarang. Medium yang dipilihnya tidak hanya menerbitkan buku puisi, tapi karya-karya puisi banyak menempati diberbagai medsos seperti facebook, instagram, group WA serta performing diberbagai event kesenian.

Salah satu bentuk pengakuan itu seperti dalam judul ' Aku Anjing Ingin Pulang '.

" Aku anjing
yang paling anjing  adalah diriku

Aku manusia
yang bukan manusia adalah diriku

Aku binatang
yang hina dan sengsara adalah diriku

Aku tidak lain
yang merupa syahdan adalah diriku

Aku menggonggong yang meminta ampunan adalah diriku "

Selain pengakuan diri, puisi kritik sosialpun turut mewarnai sebagai koreksi terhadap perilaku pejabat negara seperti yang dituangkan dalam puisi berjudul 'Sketsa Anak Negeri'

" Jika saya adalah makhluk diantara pilihan
bakar saja semua lawan dan kawan kepentingan
sebab politik itu keji dan menjijikan
selain engkau sudah tahu
mana dustakan kebenaran ".

Puisi bagi Enthieh Mudakir bagai formula pembebasan diri dari penyekatan masa yang membelenggu nuansa. Kepada siapa manusia harus mengeluh kalau sesama manusia juga sama-sama berlumur 'dosa' masa silam. Seperti Koruptor mengadu pada Koruptor, Pelacur berkeluh pada Pelacur yang akan berakhir tak berujung. Maka puisi sebagai solusi alternatif langkah pembebasan diri belenggu sekat masa lalu.

Anjing Ingin Pulang merupakan bagian dari keberanian seorang Enthieh Mudakir memerdekakan diri dari sekat-sekat transformasi metamorfosa dalam perjalanan hidup dengan kejujuran.

Jalan panjang Penyair kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini memang mengawali kecintaan menulis terutama pada dunia sastra dan teater sejak usia remaja.

Kesetiaannya dalam dunia kepenyairan menumbuhkan sosok Enthieh Mudakir sebagai penyair paling produktif. Karya-karya puisinya banyak bertebaran diberbagai media cetak nasional maupun daerah seperti di Majalah Horison, Republika, Pelita, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat.

Beberapa Antologi puisi tunggalnya juga turut memenuhi jagad sastra seperti Malam Begini Bening (1990), Koor Zaman (2002), Cemas Belum Menyerah (2005), Angin Perlawanan (2010).

Sementara dalam Antologi bersama Sastrawan lain antara lain Dari Negeri Poci 2 (1994), Dian Sastra For President (2005), Persetubuhan Kata-Kata (2010), Puisi 105 Pekalongan (2011), Akulah Musi (2011), Kitab Radja-Ratoe Alit (2011), Bangga Aku Jadi Rakyat Indonesia (2012), Sauk Seloka (2012), Requiem Bagi Rocker (2012), Titik 13 Indonesia (2013), Negeri Abal-Abal (2013), Puisi Menolak Korupsi (2013), Puisi Menolak Korupsi 2a (2012), Negeri Langit (2015), Negeri Awan (2017), Negeri Bahari (2018), Jentera Terkasa (2018), Sapaku Katu (2018), Sesapa Mesra Selinting Cinta PPN XI (2019), Negeri Penyair Desember (2019), Merenda Kata Mendulang Makna (Proses Kreatif Sastrawan Jawa Tengah, 2019).

Selain produktif dalam karya puisinya, Enthieh Mudakir juga sangat aktif dalam berbagai jalinan komunikasi dengan seniman nusantara yang dipertautkan dalam event-event kesenian antaranya Sepekan Seni Tegal, Temu Penyair Jawa Tengah, Solo dan Semarang, Temu Sastra Tasikmalaya, Indramayu, Temu 105 Penyair di Pekalongan, Temu Penyair Nusantara V, Temu 50 Penyair Indonesia dan Temu Penyair Nusantara XI. (Anis Yahya)

Penulis :
Bagikan :

Berita terkait

MENU