Purbalingga - Memasuki bulan Februari 2021 di tengah pandemi saat gerakan "Jateng di Rumah Saja", pagi hari masih banyak terlihat pedagang keliling yang dapat ditemukan di perumahan, di pasar, di pinggir jalan karena memang sesuai Surat Edaran Bupati Nomor : 300/1225 masih tetap diijinkan beroperasi namun dibatasi waktunya sampai pukul 11.00 WIB. Para pedagang ini tetap menyediakan jualannya berharap tetap laku. Para pedagang yang biasanya ramai kali ini ada beberapa yang libur karena takut tidak ada pembeli yang datang.
Sumarno (44 tahun) dari Desa Arenan RT 01/RW 10 merupakan salah satu pedagang bubur ayam keliling di daerah Purbalingga kota yang tetap berdagang saat diberlakukan gerakan "Jateng di Rumah Saja" berlangsung (7/2/2021). Dia berjualan tetap mengikuti anjuran pemerintah dengan menyediakan tempat cuci tangan, handsanitizer, dan patuh bermasker. Pria yang bekerja sebagai pedagang ini telah berjualan bubur ayam keliling dari tahun ke tahun sejak 2010. Sumarno mengaku bahwa pendapatannya dari berjualan bubur ayam di tengah pandemi merupakan yang paling rendah.
"Pendapatannya ya berkurang, ya. Berkurangnya ya drastis 50 % kadang malah kurang dari itu. Sekarang juga gak ada pesanan, kadang sepi, keliling juga gak mesti laku. Soalnya orang sekarang pada di rumah, dilarang berkumpul jadi susah, " ujar Sumarno saat dikonfirmasi seputar pendapatannya.
Menurut Sumarno, saat ini laku 50% saja harus rajin keliling ke perumahan dan sudah bersyukur. Sedangkan ketika mangkal jarang pembeli. Ia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan dampak dari pandemi Covid-19 yang membuat orang jarang keluar untuk beli dagangannya.
Baca juga:
Jangan Salah, Ini Manfaat Omnibus Law
|
Sumarno sendiri memiliki dua orang anak serta seorang istri yang perlu ia nafkahi di rumah. Sumarno tinggal di Desa Arenan, sedangkan untuk berdagang keliling di Purbalingga kota ia memilih untuk beroperasi setiap pagi melihat peluang pagi hari dimana orang belum siapkan menu makan sarapan sehingga tingkat laku penjualannya cukup untuk menghidupi keluarganya. Sumarno mengaku ia harus berangkat pagi-pagi sekali karena peluang ada sebelum orang berangkat beraktivitas.
"Dari berjualan tahun-tahun lalu ya kalau dibilang cukup untuk nafkahi keluarga ya harus dicukup-cukupin aja lah. Kalau sekarang ya kadang bisa kurang, " tambah dia.
Sumarno mulai berjualan dari pukul 06.30 pagi hingga pukul 11.00 WIB. Dia akan berkeliling membawa dagangannya dengan kendaraan bermotor ke perumahan. Barulah setelah pukul 10.00 WIB ia berhenti di pinggir-pinggir jalan ramai untuk menarik perhatian orang yang lewat sembari menuju pulang ke desanya.
Di Purbalingga sendiri hari ini Minggu, 7 Februari 2021 merupakan hari terakhir untuk gerakan "Jateng di Rumah Saja".
(Ratna Palupi)